Bapak Raja
Nampira Bukang berkuasa sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1915. Saat itu
terjadi peralihan kekuasaan oleh Belanda dari Dinasti Tulimau di Alor Besar
kepada Dinasti Nampira di Dulolong. Belanda lebih memilih Bapak Nampira Bukang
dari dinasti Nampira di Dulolong karena beliau berpendidikan dan fasih
berbahasa Belanda. Sebagai kompensasinya, putra mahkota Tulimau ditunjuk
sebagai Kapitan Lembur. Bapak Raja Nampira Bukang meninggal dunia pada tahun
1915. Setelah meninggal, kekuasaan raja beralih ke putranya yakni Bapak RAJA
MARDJUKI BALA NAMPIRA (anak Raja Nampira Bukang dari istri ke-5).
Ketika terjadi
peralihan kerajaan oleh Belanda kepada Raja Nampira pada tahun 1908, terjadi
protes sampai dengan pengalihan dari Raja Nampira Bukang ke anaknya Raja
Mardjuki Bala Nampira (Raja Nampira ke-2) yang memerintah dari tahun 1915
sampai dengan 1918, tapi protes tersebut kemudian diredam dengan bantuan
Belanda. Terjadi protes karena anggota-anggota Galiau Watang Lema menganggap
pergantian raja tersebut sebagai pelanggaran dalam aliansi mereka, karena para sekutu
mereka telah dipermalukan.
Rasa tidak puas dan protes pengalihan kerajaan oleh Belanda tersebut kepada Raja Nampira, karena mereka diharuskan tunduk dibawah kekuasaan Raja Nampira termasuk Kerajaan Abui dan Munaseli. Para sekutu Galiau Watang Lema yang tidak puas dengan pengalihan kekuasaan raja itu menjanjikan sebuah moko yang bernilai tinggi kepada seorang wanita dari Manet bernama Malailehi apabila dapat membunuh Raja Nampira. Dengan cara ini mereka berniat mengembalikan takhta Bunga Bali ke Alor Besar. Pada tahun 1918, Raja Nampira ke-2 yang menggantikan ayahnya meninggal dunia di Atengmelang. Penyebab meninggalnya Raja Nampira ke-2 ini masih diperdebatkan sampai saat ini.
Sebagai pengganti dari Raja ke-2 Nampira ini adalah Raja Oemar Watang Nampira sebagai Raja Nampira ke-3. Dan Raja Oemar Watang Nampira menikah dengan Mama Holo Tulimau, dan berjalan dengan baik karena situasi sudah normal dan telah dimulai pembangunan seperti para istri pegawai pemerintah dikirim ke Alor, jalan utama di tengah kota, rumah-rumah pegawai Pemerintah Kolonial dibangun, juga kerja sama dengan lima kerajaan di Alor dan Pantar relatif baik.
***
Bapak Raja Nampira
Bukang memiliki 7 (tujuh) istri. Istri pertama Mama Lilo Todo berasal dari
Mananga / Solor / Flores Timur dan dikarunia 5 (lima) orang anak yakni; 1) anak
pertama Bapak Watang Nampira; meninggal di Mekka Tanah Suci saat menunaikan
ibadah Haji ditanah suci pada tahun 1911, 2) anak kedua Ina Wadang Nampira (Ina Wadang Nampira
menikah dengan Bapak Boki yang berasal dari Lamahala suku Hering Guhir dan
dikaruniahi 4 (empat) orang anak yakni; Bapak Tahir Boki, Mama Gina Boki, Bapak
Minta Boki dan bapak Kasim M. Tahir). 3) anak ketiga Bapak Koso
Nampira meninggal di Waiwerang / Flores Timur, 4) anak keempat Bapak Noni
Nampira, dan 5) anak kelima Bapak Ambao Nampira.
Istri ke-2 dari
Bapak Raja Nampira Bukang adalah Amma Saloi atau biasa dipanggil Ina Holo, Ina
Holo adalah anak dari Raja Lamakera / Flores Timur dan dikaruniahi 4 (empat)
orang anak yakni; 1) Ina Lensu Nampira, menikah dengan Bapak Raja Tulimau, asal
suku Bunga Bali – Alor Besar dan dikaruniahi seorang anak yakni; Mama Holo
Bunga Tulimau. 2) Amma Somi Nampira, 3). Haji Abdurahman Nampira. H.
Abdurachman Nampira meninggal dunia pada tahun 1940, Bapak H. Abdurachman
Nampira menikah dengan Ina Kou dari Lakaduli-Alor Kecil dan dikaruniahi 6
(enam) orang anak yakni; Bapak Halim Abdurachman Nampira, Bapak Haji Ilyas
Abdurachman Nampira (bapak
H. Ilyas Nampira memiliki anak; Sofyan Abdurachman Nampira, Muslich Abdurachman
Nampira, Ahmad Abdurachman Nampira, Hj. Hapsah Abdurahman Nampira, Norma
Abdurachman Nampira, Arifin Abdurachman Nampira, Aisya Abdurachman Nampira), Bapak
Mardzuki Abdurachman Nampira, Mama Holo H. Abdurachman Nampira, Bapak Saleh H.
Abdurachman Nampira, Hajja Siti Khadijah Abdurachman Nampira. 4) Ina Lima
Nampira.
Istri ke-3 dari
Bapak Raja Nampira Bukang adalah Mama Leti, berasal dari suku Lekaduli Alor
Kecil dan dikaruniahi 7 (tujuh) orang anak. Istri ke-4 bapak Raja Nampira
Bukang adalah Ina Patu berasal dari kampung Foang/Hamap dan dikaruniahi seorang
anak perempuan yakni Mama Helang. Istri ke-5 dari bapak Raja Nampira Bukang adalah
Mama Hulu yang berasal dari suku Uma Sina Alor Kecil dan dikaruniahi 4 (empat)
orang anak yakni; bapak Mardzuki Bala Nampira (bapak Mardzuki Bala
Nampira yang dilantik menjadi Raja Alor ke-2 ini menikah dengan Mama Koda yang
berasal dari suku Bugis/Makasar dan dikaruniahi 2 (dua) orang anak yakni :
Bapak Ahmad Bala Nampira kemudian menjadi Raja Alor ke-4 dan Mama Doti
Nampira). Istri ke-6 (enam) dari Bapak Raja Nampira Bukang adalah Mama Bui
Wanja yang berasal dari suku Mudiluang Alor Kecil. Istri ke-7 dari Bapak Raja
Nampira Bukang adalah Ina Malle yang berasal dari Foang/Hamap.#
Ditulis oleh Eka R. Abdurachman Nampira, SP
Ditulis oleh Eka R. Abdurachman Nampira, SP
Interesting your site.I have old pictures of rajas Nampira.I am peneliti sejarah kerajaan2 NTT. My facfebook Donald Tick or kupang1960@gmail.com
BalasHapusAccording to the official archives Wakil-raja Nampira Bukan was offered the raja title of Alor.But he refused,because he said,that he was not from the original rajafamily of Alor.He only took the title wakil-raja,or waarnemend zelfbestuurder.Only his son took the title raja.
BalasHapus